aku, bintang, dan sekitarku...

Friday, October 21, 2011

oleh-oleh dari "siraman"

hari ini aku diundang ke acara "siraman" oleh tetanggaku, anak perempuannya yang paling tua  akan melangsungkan pernikahan keesokan harinya.
"siraman" adalah salah suatu upacara adat suku sunda dan jawa, dilakukan oleh keluarga calon pengantin perempuan satu hari menjelang acara pernikahan.
"siraman"sendiri artinya : mandi. secara harfiah siraman bisa diartikan membersihkan,mensucikan badan.

"siraman" berasal dari tradisi hindu, tapi seiring dengan waktu, telah terjadi akulturasi budaya dalam ritual tersebut. semakin hari.. ritual itu semakin bergeser lebih islami.
acara dimulai dengan pembacaan ayat suci al-qur'an, di isi dengan ceramah dan nasihat, khususnya ditujukan bagi calon pengantin sebagai bekal, dalam mengarungi bahtera pernikahan.

selain itu di dalamnya juga ada proses "sungkeman", yaitu meminta maaf dan meminta doa restu kepada kedua orang tua. dan bersalam-salaman terhadap semua orang yang hadir dalam acara sebagai perwujudan kasih antara calon pengantin dan orang-orang disekitarnya, sambil diiringi lantunan shalawat dari seluruh hadirin, diakhiri oleh acara pemandian pengantin perempuan oleh keluarga terdekat.

banyak simbol-simbol yang terkandung dalam proses siraman, seperti misalnya warna bunga mawar merah yang mengandung arti, keberanian seorang ayah dalam melindungi anaknya,  warna mawar putih yaitu kesucian dari ibu dalam mengasuh anaknya. air yang mengandung arti kasih sayang dari kedua orang tua yang tidak akan pernah habis-habisnya. dan banyak lagi.

banyak  makna yang terkandung dalam ritual tersebut yang menjadi perhatianku.
aku melihat betapa besar kasih sayang orang tua terhadap anaknya. mendidik dan merawatnya hingga besar setelah itu  melepaskan anak itu untuk orang lain dengan penuh keikhlasan.
betapa besar seorang anak dituntut untuk berbakti kepada kedua orang tua,
betapa berartinya pengaruh keluarga, kerabat, saudara, tetangga, teman dalam tatanan sosial.
betapa indahnya islam dalam mengajarkan etika seorang anak terhadap orang tua, orang tua kepada anak.
betapa mulianya islam mengajarkan peranan seorang istri, suami, dan anak dalam keluarga.
dan betapa pentingnya islam mengajarkan hubungan silaturahmi antar keluarga, kerabat, teman, tetangga.


aku terfekur dalam-dalam, bayangan orang-orang yang aku sayangi berkelebat memenuhi kepalaku.
mataku terasa hangat dan sedikit perih.

proses acara "siraman" terus berlanjut, diiringi oleh isak tangis dan tawa haru-bahagia, dari seluruh orang-orang yang hadir dalam acara itu.

hingga tiba akhirnya acara penutupan yaitu makan bersama.
ada satu hal lainnya yang menarik perhatianku.

aku duduk diatas kursi berbalut satin putih berhiaskan renda, disebelahku duduk beberapa anak kecil, sekitar  umur 4 - 7 tahunan, disebelahnya lagi duduk seorang perempuan muda berkerudung besar. dengan telaten ia menyuapi anak paling kecil yang duduk disebelah kananku. sementara anak-anak lainnya yang terlihat lebih besar, duduk rapi menghabiskan makan nya masing-masing.

sekedar basa-basi aku membuka obrolan dengan wanita berkerudung itu. "ini putrinya ya teh (sist) ?",  perempuan itu menjawab "bukan, ini anak asuhku" sahutnya sambil tersenyum. aku berfikir banyak mendengarnya. "maksudnya?", tanyaku lagi tak mampu menahan rasa ingin tahu. "kami dari panti asuhan" jawab perempuan itu tetap tersenyum.

aku pun ikut tersenyum dan sedikit kaget. "oh.. panti asuhan mana teh (sist)?" tanyaku lagi.
"panti asuhan di daerah banjaran" jawab perempuan itu ramah.
tak lama aku pun terlibat percakapan dengan perempuan muda  itu.
banyak pertanyaan yang aku lontarkan dan di jawab dengan ramah oleh perempuan itu.
"kebanyakan anak-anak ini adalah anak yatim, tapi yang duduk disebelah teteh (sister) sudah tidak memiliki ayah dan ibu lagi, kemarin ada bayi yang diserahkan kepada kami, kami tidak bisa menolaknya walaupun sebetulnya biaya kami sangat terbatas. yah... terus terang kami membutuhkan dana, selama ini dana yang kami terima hanya berasal dari keluarga saja. ada keluarga kaya yang menyisihkan sebagian rejekinya untuk kami. untuk membiayai hidup anak-anak ini, untuk menambah biaya hidup sehari-hari kami memiliki kolam ikan dan berternak ayam, tapi sayang tempatnya tidak aman, ikan dan ayam itu sering di curi", sahutnya sambil menghela nafas.

kupandangi anak-anak berbaju sederhana itu silih berganti. mereka makan dengan lahapnya.  begitupun perempuan muda berhati mulia di sebelahku yang selalu tersenyum. tidak terpancar wajah kesedihan ataupun beban berat dalam wajah-wajah mereka. aku tertegun dan tiba-tiba merasa malu.

sering kita mengeluh kesepian, merasa hidup tidak berarti, banyak dari kita menjadi depresi karena pendapatan yang sedikit,  stress yang berlebihan  karena tekanan dari keluarga atau pekerjaan, dan banyak hal lainnya yang membuat kita menjadi pribadi mudah putus asa, pemarah, pemberontak.

 pernahkah kita membayangkan dalam hidup, kita menjadi seseorang yang tidak memiliki orang tua diumur 5 tahun?  yang hidup diatas belas kasihan dari orang lain, bukan sanak saudara sendiri? yang tidak memiliki kepastian makan apa hari ini ataupun besok? bahkan tidak ada kejelasan mendapatkan pendidikan apa saat mereka besar nanti?

patutkah sekarang kita masih merasa stress, depresi, bersedih yang berkepanjangan atas apa yang telah kita dapatkan. sementara di tempat lain ada orang-orang yang memiliki sangat sedikit pilihan dalam hidupnya.??

aku tak kuasa memandang wajah-wajah polos anak-anak itu.
mataku semakin bertambah panas dan perih.

tidak lama setelah acara perkenalan dengan wanita di sebelahku, aku pun pamit pulang.
banyak hal memenuhi fikiran ku, aku buka laptop merah ku -sahabat setiaku-.


aku ingin berbagi semua hal yang telah aku dapatkan hari ini disini
mudah-mudahan tulisan ini akan selalu mengingatkan ku untuk tetap bersyukur karena memiliki keluarga yang selalu berada disisiku, dan untuk tetap bersyukur jika suatu saat nanti aku merasa bukan apa-apa.

No comments:

Post a Comment